Sadar atau enggak, sekarang, dunia sedang disibukan dengan banyaknya inovasi di bidang teknologi. Banyak negara berlomba-lomba untuk menciptakan teknologi untuk mempermudah kehidupan manusia, salah satunya adalah di sektor pendidikan.
Berkat bantuan teknologi, kini, kegiatan belajar mengajar enggak cuma harus dilakukan di sekolah, tapi juga bisa dilaksanakan meski terpisah jarak yang cukup jauh. Namun, meski begitu, hal ini juga butuh penyesuaian dari beberapa pihak. Sebab, enggak cuma punya dampak positif, teknologi justru akan menjadi bumerang jika enggak digunakan dengan bijak.
Secara garis besar, sesi diskusi yang dimoderasi oleh Maudy Ayunda ini membahas tentang penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan, serta berbagai bentuk tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia.
"Saya yakin dengan teknologi, para pendidik dan institusi pendidikan dapat mengatur materi dan proses lebih efisien, lebih fokus kepada pembentukan karakter anak, membinging minat dan penanaman cara berpikir konseptual dan kritis dengan kelas interaktif," ucap Gatot Pramono, Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi Kementrian dan Kebudayaan RI, yang juga jadi salah satu panelis diskusi, di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta.
Yap, seperti yang kita tahu, pendidikan sekarang masih menerapkan sistem agar para pelakunya datang ke suatu tempat di periode waktu tertentu untuk kegiatan belajar mengajar. Dengan teknologi, diharapkan agar pendidikan enggak cuuma dibatasi di kelas, tapi menjangkau jauh dan luas.
Meski begitu, diskusi tersebut enggak lantas melupakan aspek tradisional pada dunia pendidikan yang melibatkan guru, sekolah, serta peran orang tua.
Itje Chodijah, seorang pakar pendidikan yang juga jadi salah satu panelis diskusi mengatakan bahwa peran guru, orang tua, dan sekolah enggak akan tergantikan, terutama dalam pembentukan karakter seseorang.
"Maka dari itu peran teknologi dimaksudkan sebagai alat untuk membantu proses pembelajaran, membuka akses dan meningkatkan kualitas," lanjut Itje.